Dua hari telah berlalu semenjak diadakannya acara tahunan di kota Solo bernama Rock In Solo, namun hingga hari ini euforianya masih terasa. Sebuah festival musik metal yang telah ada sejak tahun 2004 hingga sekarang yang memasuki tahun ke sepuluhnya dengan mengangkat tema Decade Of Rebellions. Dinamakan demikian karena memperingati sepuluh tahunnya Rock In Solo yang tetap ada, tetap berusaha menjadi bagian budaya dari kota Solo dan tetap hadir memuaskan pecinta musik rock tidak hanya di Solo dan sekitarnya, tapi juga untuk semua dari seluruh Indonesia.
Rock In Solo 2014 mengambil tempat di sebuah situs sejarah dikota Solo yaitu benteng Vastenburg. Festival metal yang dilakukan dalam benteng? hemm pasti sangat keren dan seru, begitu yang pertama terlintas dipikiran saya ketika mengetahui RIS tahun ini diadakan disitu. Bangunan tua yang didirikan dari tahun 1745 itu disulap menjadi venue festival metal dengan banyak booth merchandise, foodcourt, mushola dan 1 panggung utama. Terdapat juga 'wall of fame' yang berisi artwork dari tiap edisi RIS. Adanya 'wall of fame' itupun dimanfaatkan pengunjung untuk berfoto-foto mengabadikan momen nge'gigs. Untuk acara sendiri baru dimulai pukul 12 siang yang dibuka oleh band asal Kalimantan, Piston dan selanjutnya Fraud. Panas terik di venue kala itu bersuhu sekitar 35 derajat celcius tapi itu tak mengurungkan semangat crowd yang rela panas-panasan menghitamkan kulit untuk moshing didepan stage. Sepanjang siang hingga sore penampilan band bergantian memanaskan moshpit, seperti Biang Kerock, Salahudin Al Ayubi, Warkvlt, Rising The Fall, Godless Symptoms. Kemudian band slamming lawas asal Bandung yakni Disinfected menjajal penampilan pertamanya di Rock In Solo, membuat penonton tak tanggung-tanggung berdansa ditengah debu. Kemudian band metalcore yang akhir-akhir ini banyak diperpincangkan, Revenge The Fate naik stage dan membawakan lagu dari album debut mereka. Penampilan yang cukup apik berhasil menarik massa lebih banyak untuk berkumpul didepan stage. Rata-rata band disini bermain selama kurang lebih 25 menit, dan itu agaknya tepat waktu sesuai rundown yang telah diumumkan sebelumnya.
Matahari sudah condong ke arah barat menuju senja, dan penampilan penutup sebelum jeda magrib adalah Siksa Kubur, band deathmetal teraktif di Indonesia. Bagaimana tidak aktif? karena mereka membuat album lalu menjalani konser promo album, setelah selesai tur mereka kemudian buat album baru lagi :D. Penggeberan tembang penyayat gendang telinga tuntas dilaksanakan Siksa Kubur kepada ribuan penonton yang hadir. Break maghrib, semua aktivitas diatas panggung berhenti, orang-orang melaksanakan sholat maghrib, ada juga yang mengisi perut dengan jajan di foodcourt. Setelah jeda maghrib selama 30 menit, acara dilanjutkan kembali. Down For Life sebagai tuan rumah yang baik menjamu para tamu (penonton) yang datang dari luar kota untuk turut bersenang-senang bersama metalhead Solo sekitarnya. Penampilan selanjutnya adalah Revenge dan Death Vomit. Bagi saya, Death Vomit itu salah satu band lokal yang sudah saya tunggu di Rock In Solo. Sound deatmetal dari album terbaru Forging A Legacy sangat terasa segar dan lebih cepat. Penampilannya pun tak mengecewakan, hampir seluruh penonton di Vastenburg malam itu tersita oleh Devo. Dan satu lagi line up yang saya tunggu sekaligus menjadi penutup band lokal yang tampil di RIS malam itu. Sang legenda yang menjadi pioner musik rock Indonesia ialah Edane. Secara edan-edanan mereka tampil. Eet Sjahranie dan Ervin Nanzabakri bahkan berlarian kesana kemari diatas panggung, sungguh stage act yang sangat bagus dari band setua itu.
Bicara mengenai tua, mungkin belum sebanding sama raja deathmetal asal Inggris yang bernama Carcass. Mereka adalah headliner utama dari gelaran Rock In Solo 2014. Mengingat usia band mereka yang hampir 30 tahun, maka tak heran penonton di RIS malam itu banyak orang-orang tua yang mungkin masa mudanya menggemari Carcass. Set panggung dirubah oleh kru Carcass menjadi ala Surgical Steel. Setelah persiapan yang lumayan lama, akhirnya jam 10, Jeff Walker, Bill Steer, Daniel Wilding, Ben Ash hadir keatas stage. Sorak riuh penonton seisi benteng menyambut mereka. Mereka sangat baik mengawali dan menjalani performnya malam itu. Ditengah-tengah jeda, sang vokalis Jeff Walker mengungkapkan kesenangannya bisa bermain untuk pertama kali di Indonesia. Sempat juga dia menyinggung Jokowi sebagai 'The first heavy metal president", lalu dia berceloteh dengan candaannya. Mungkin yang paling diingat penonton Rock In Solo 2014 kemarin malam adalahe ketika Jeff menyapa "selamat sore" dan berkata "aku cinta kamu". Dengan penuh antusias penonton menyambut ucapannya. Tapi nampaknya malam itu para penonton sudah nampak kelelahan, itu terlihat dari sedikitnya 'keributan' dalam moshpit. Bahkan Jeff Walker sampai menyuruh penonton bergerak, "come on, it's not sleep in solo, but it's rock in solo!". Berkali kali juga Jeff memberi penonton air mineral agar penonton pulih dari lelahnya dan kembali gila-gila'an bersama Carcass. Tanpa mengurangi tensi, legenda death/grind itu menghajar habis dan menuntaskan pesta hingga tengah malam. Total ada sekitar 12 lagu yang dibawakan Carcass malam itu. Di akhir acara keempat personel mengucapkan terima kasih untuk semua yang hadir menyukseskan Rock In Solo 2014.
Tepat tengah malam acara benar-benar berakhir. Sebuah pesta yang penuh dengan kesenangan, kejutan, dan pencapaian. Rasanya sangat puas berpesta hingga larut malam walau tenaga habis terkuras untuk 'headbang' bersama teman-teman. Cukup sekian dari reportase yang sedikit dari saya tentang Rock In Solo 2014 yang dilaksanakan 11 Oktober kemarin. Maaf kalo ada atau banyak kata yang salah dalam tulisan saya, hehe.. akhir kata "Sampai jumpa lagi di Rock In Solo tahun depan!" :) #cheers
Rock In Solo 2014 mengambil tempat di sebuah situs sejarah dikota Solo yaitu benteng Vastenburg. Festival metal yang dilakukan dalam benteng? hemm pasti sangat keren dan seru, begitu yang pertama terlintas dipikiran saya ketika mengetahui RIS tahun ini diadakan disitu. Bangunan tua yang didirikan dari tahun 1745 itu disulap menjadi venue festival metal dengan banyak booth merchandise, foodcourt, mushola dan 1 panggung utama. Terdapat juga 'wall of fame' yang berisi artwork dari tiap edisi RIS. Adanya 'wall of fame' itupun dimanfaatkan pengunjung untuk berfoto-foto mengabadikan momen nge'gigs. Untuk acara sendiri baru dimulai pukul 12 siang yang dibuka oleh band asal Kalimantan, Piston dan selanjutnya Fraud. Panas terik di venue kala itu bersuhu sekitar 35 derajat celcius tapi itu tak mengurungkan semangat crowd yang rela panas-panasan menghitamkan kulit untuk moshing didepan stage. Sepanjang siang hingga sore penampilan band bergantian memanaskan moshpit, seperti Biang Kerock, Salahudin Al Ayubi, Warkvlt, Rising The Fall, Godless Symptoms. Kemudian band slamming lawas asal Bandung yakni Disinfected menjajal penampilan pertamanya di Rock In Solo, membuat penonton tak tanggung-tanggung berdansa ditengah debu. Kemudian band metalcore yang akhir-akhir ini banyak diperpincangkan, Revenge The Fate naik stage dan membawakan lagu dari album debut mereka. Penampilan yang cukup apik berhasil menarik massa lebih banyak untuk berkumpul didepan stage. Rata-rata band disini bermain selama kurang lebih 25 menit, dan itu agaknya tepat waktu sesuai rundown yang telah diumumkan sebelumnya.
Matahari sudah condong ke arah barat menuju senja, dan penampilan penutup sebelum jeda magrib adalah Siksa Kubur, band deathmetal teraktif di Indonesia. Bagaimana tidak aktif? karena mereka membuat album lalu menjalani konser promo album, setelah selesai tur mereka kemudian buat album baru lagi :D. Penggeberan tembang penyayat gendang telinga tuntas dilaksanakan Siksa Kubur kepada ribuan penonton yang hadir. Break maghrib, semua aktivitas diatas panggung berhenti, orang-orang melaksanakan sholat maghrib, ada juga yang mengisi perut dengan jajan di foodcourt. Setelah jeda maghrib selama 30 menit, acara dilanjutkan kembali. Down For Life sebagai tuan rumah yang baik menjamu para tamu (penonton) yang datang dari luar kota untuk turut bersenang-senang bersama metalhead Solo sekitarnya. Penampilan selanjutnya adalah Revenge dan Death Vomit. Bagi saya, Death Vomit itu salah satu band lokal yang sudah saya tunggu di Rock In Solo. Sound deatmetal dari album terbaru Forging A Legacy sangat terasa segar dan lebih cepat. Penampilannya pun tak mengecewakan, hampir seluruh penonton di Vastenburg malam itu tersita oleh Devo. Dan satu lagi line up yang saya tunggu sekaligus menjadi penutup band lokal yang tampil di RIS malam itu. Sang legenda yang menjadi pioner musik rock Indonesia ialah Edane. Secara edan-edanan mereka tampil. Eet Sjahranie dan Ervin Nanzabakri bahkan berlarian kesana kemari diatas panggung, sungguh stage act yang sangat bagus dari band setua itu.
Bicara mengenai tua, mungkin belum sebanding sama raja deathmetal asal Inggris yang bernama Carcass. Mereka adalah headliner utama dari gelaran Rock In Solo 2014. Mengingat usia band mereka yang hampir 30 tahun, maka tak heran penonton di RIS malam itu banyak orang-orang tua yang mungkin masa mudanya menggemari Carcass. Set panggung dirubah oleh kru Carcass menjadi ala Surgical Steel. Setelah persiapan yang lumayan lama, akhirnya jam 10, Jeff Walker, Bill Steer, Daniel Wilding, Ben Ash hadir keatas stage. Sorak riuh penonton seisi benteng menyambut mereka. Mereka sangat baik mengawali dan menjalani performnya malam itu. Ditengah-tengah jeda, sang vokalis Jeff Walker mengungkapkan kesenangannya bisa bermain untuk pertama kali di Indonesia. Sempat juga dia menyinggung Jokowi sebagai 'The first heavy metal president", lalu dia berceloteh dengan candaannya. Mungkin yang paling diingat penonton Rock In Solo 2014 kemarin malam adalahe ketika Jeff menyapa "selamat sore" dan berkata "aku cinta kamu". Dengan penuh antusias penonton menyambut ucapannya. Tapi nampaknya malam itu para penonton sudah nampak kelelahan, itu terlihat dari sedikitnya 'keributan' dalam moshpit. Bahkan Jeff Walker sampai menyuruh penonton bergerak, "come on, it's not sleep in solo, but it's rock in solo!". Berkali kali juga Jeff memberi penonton air mineral agar penonton pulih dari lelahnya dan kembali gila-gila'an bersama Carcass. Tanpa mengurangi tensi, legenda death/grind itu menghajar habis dan menuntaskan pesta hingga tengah malam. Total ada sekitar 12 lagu yang dibawakan Carcass malam itu. Di akhir acara keempat personel mengucapkan terima kasih untuk semua yang hadir menyukseskan Rock In Solo 2014.
Tepat tengah malam acara benar-benar berakhir. Sebuah pesta yang penuh dengan kesenangan, kejutan, dan pencapaian. Rasanya sangat puas berpesta hingga larut malam walau tenaga habis terkuras untuk 'headbang' bersama teman-teman. Cukup sekian dari reportase yang sedikit dari saya tentang Rock In Solo 2014 yang dilaksanakan 11 Oktober kemarin. Maaf kalo ada atau banyak kata yang salah dalam tulisan saya, hehe.. akhir kata "Sampai jumpa lagi di Rock In Solo tahun depan!" :) #cheers
No comments:
Post a Comment